I.
Pengertian Logika
Secara etimologi, kata
Logika atau logics berasal dari kata Yunani kuno logike yang diambil dari kata
logos yang berarti ucapan. Ucapan merupakan hasil proses berpikir. Berpikir
artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Logika
juga merupakan bagian yang sangat penting dan mendasar dalam studi filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme atau dalam bahasa latin
disebut logica scientia atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk
berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Objek material logika sebagai ilmu
pengetahuan, adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek
formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
Pengertian logika menurut
para ahli:
1.
Logika adalah suatau pertimbangan akal atau pikiran yang
diatur lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5)
2.
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan
tepat.W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso. (2006: 13)
3.
Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk
meneliti ketepatan nenalar. Soekadijo, (1983-1994: 3)
4.
Aristoteles: logika adalahajaran tentang berpikir yang secara
ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yagn menguasai
pikiran. (Harun, 1980)
5.
William Alston: Logika adalah studi tentang penyimpulan,
secara lebih ceramat usaha untuk mennetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan
penyimpulan yang sah dan tidak sah.
Dari beberapa pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa logika menegaskan dua hal yang menjadi inti
pengertian logika. Pertama, logika sebagai ilmu; logika adalah elemen dasar
setiap ilmu pengetahuan. Kedua, logika sebagai keterampilan, yakni keterampilan
untuk berfikir dengan tepat, lurus & semestinya dan keterampilan untuk cakap
menerapkannya.
II.
Unsur-Unsur /Komponen-Komponen Logika
Pemikiran/logika manusia
terdiri atas tiga unsur. Unsur yang pertama adalah pengertian-pengertian.
Kemudian pengertian-pengertian disusun sedemikian rupa sehingga menjadi
keputusan-keputusan. Lalu keputusan-keputusan itu disusun menjadi
penyimpulan-penyimpulan.
1.
Pengertian
Pengertian adalah
menangkap kenyataan tentang sesuatu sebagaimana adanya atau dengan kata lain
menangkap inti sesuatu/suatu gambaran ideal/konsep tentang sesuatu sebagaimana
adanya.
Kata merupakan
tanda/penyataan pikiran yang dinyatakan dengan pengertian. Kata tidak sama
dengan pengertian. Pengertian yang sama sering kali dinyatakan dengan kata-kata
yang berbeda. Begitupula sebaliknya, kata-kata yang sama sering kali dinyatakan
dengan pengertian yang berbeda-beda.
Menurut artinya kata dapat
dibagi menjadi tiga:
❖
Univok
Kata yang menunjukan
pengertian yang sama. (sama suara dan sama arti)
❖
Ekuivok
Kata yang menunjukkan
pengertian yang berlainan. (sama suara,, beda arti) Contoh: genting (suasana
gawat dan atap rumah)
❖
Analog
Sama suara tetapi artinya
di satu pihak ada kesamaannya, di lain pihak ada perbedaannya. Contoh: Kata
“ADA” dikenakan pada hewan, manusia serta Tuhan, di satu pihak kata ADA
memiliki arti yang sama, tetapi di lain pihak tidak sama artinya karena cara
makhluk (hewan dan manusia) berada berbeda dengan cara Tuhan berada. Makhluk
menerima adanya dari Tuhan, sedangkan Tuhan menerima adanya dari diri-Nya
sendiri.
Dilihat dari sudut isinya,
terdapat kata:
⮚
Abstrak
Kata yang menunjukkan
bentuk atau sifat tanpa bendanya/yang menunjukkan suatu benda tanpa bentuk atau
sifatnya
Contoh: kemanusiaan
⮚
Kolektif
Kata yang menunjukkan
suatu kelompok dan individual yang menunjukkan suatu individu saja.
Contoh: “Paijan” = Nama
seorang anggota polisi
⮚
Sederhana
Sederhana adalah kata yang
terdiri dari satu ciri saja (contoh: kata “ada” tidak dapat diuraikan lagi) dan
jamak, yang terdiri dari beberapa atau banyak ciri (contoh: kata “manusia” yang
dapat juga diartikan menjadi makhluk, dsb)
2.
Keputusan
Dalam keputusan kita
mengambil sikap terhadap kenyataan yang nampak dalam kegiatan mengakui atau
memisahkan keputusan yang satu dengan yang lainnya. Keputusan adalah suatu
perbuatan manusia yang dengan perbuatan itu manusia mengakui atau memungkiri
kesatuan atau hubungan antara dua hal. Dalam konteks ini, ada beberapa unsur
yang perlu dijelaskan :
⮚
“mengakui atau memungkiri” merupakan inti suatu keputusan,
dalam pemikiran manusia pertama-tama secara logis sebenarnya terdapat
“pengakuan” dahulu baru “pemungkirannya”.
⮚
“Kesatuan antara dua hal” hal yang satu adalah subyek dan
yang lain adalah predikat. Keduanya dipersatukan, dihubungkan dan dipisahkan
dalam keputusan.
⮚
“Perbuatan manusia” perbuatan manusia sebenarnya dikerjakan
oleh akal budinya, berarti keputusan yang diambil manusia merupakan perbuatan
akal budinya.
Secara sederhana dapat
kita simpulkan bahwa keputusan adalah pengakuan atau pengingkaran sesuatu
tentang sesuatu yang lain, yang berlangsung di dalam akal budi. Sebagai contoh,
apabila sewaktu kuliah berlangsung seorang mahasiswa berpikir “Logika adalah
ilmu yang sulit” tanpa menyatakan apa yang dipikirkannya itu dengan kata-kata,
maka mahasiswa tersebut membuat suatu putusan, karena dalam akal budi ia telah
mengakui pengertian “ilmu yang sulit” tentang “logika”.
Di antara
kegiatan-kegiatan akal budi manusia, putusan adalah kegiatan budi yang paling
penting. Sebab dalam putusan suatu pengertian ditegaskan atau diingkari tentang
pengertian yang lain. Selain itu, keputusan juga adalah satu-satunya ucapan
yang benar atau tidak benar (mengakui/memungkiri kenyataan). Pengertian belum
tentu benar karena pengertian tidak menyatakan tentang suatu kenyataan. Tetapi
keputuan adalah benar, apabila yang diakui/dimungkiri itu sesuai kenyataannya,
begitu juga sebaliknya. Karena itu, hanya keputusanlah satu-satunya ucapan yang
dapat dibenarkan, dibuktikan, dibantah, diberi sangsi, dan lain sebagainya.
3.
Penalaran
Menghubungkan
keputusan-keputusan sedemikian rupa, sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan.
Pemikiran, penalaran atau penyimpulan adalah suatu penjelasan, yang menunjukkan
hubungan antara dua hal atau lebih. Yang dengan langkah-langkah tertentu sampai
pada suatu kesimpulan.
A. Penalaran
Menurut R.G. Soekadijo
penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. Adapun Suhartoyo Hardjosatoto dan
Endang Daruni Asdi mengatakan bahwa penalaran adalah proses dari budi manusia
yang berusaha tiba pada suatu keterangan baru dari sesuatu atau beberapa
keterangan lain yang telah diketahui dan keterangan yang baru itu mestilah
merupakan urutan kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan yang semula
itu.
Mereka juga menyatakan
bahwa penalaran menjadi salah satu kejadian dari proses berfikir. Berpikir atau
thinking adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti
mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam
kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau
mengira-ngira pelbagai kemungkinan. Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni
Asdi menyatakan penalaran atau reasoning merupakan salah satu pemikiran atau
thinking, tetapi tidak semua thinking merupakan penalaran.
Menurut R.G. Soekadijo
kronologi terjadinya penalaran pertama Proses berfikir dimulai dari pengamatan
indera atau observasi, proses itu di dalam pikiran menghasilkan sejumlah
pengertian dan proposisi sekaligus. Berdasarkan pengamatan-pengamatan indera
yang sejenis, pikiran menyusun proposisi yang sejenis pula. Proses inilah yang
disebut dengan penalaran yaitu bahwa berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar kemudian digunakan untuk menyimpulkan sebuah
proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Fadjar Shadiq
mendefinisikan penalaran sebagai suatu kegiatan, suatu proses atau suatu
aktivitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru
yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan.
Menurut Copi penalaran
merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut
premis. Dari definisi yang dinyatakan oleh Copi tersebut dapat diketahui bahwa
kegiatan penalaran terfokus pada upaya merumuskan kesimpulan berdasarkan
beberapa pernyataan yang dianggap benar.
B. Kegunaan Logika dalam Kehidupan
Ada empat kegunaan dengan
belajar logika menurut Surajiyo, dkk. (2009:15), yaitu:
a.
Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir
secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis, dan koheren.
b.
Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif.
c.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
d.
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan
serta kesesatan.
Selanjutnya dikatakan
bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan suatu keharusan. Tidak ada ilmu
pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuan tanpa logika
tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan oleh
Aristoteles, bapak logika, yaitu logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya
ia telah menggenggam master key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.
Selain itu logika juga
dapat memiliki manfaat teoritis dan praktis:
❖
Manfaat Teoritis
Logika mengajarkan tentang
berpikir sebagaimana yang seharusnya(normatif) bukan berpikir sebagaimana
adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif(fisika, psikologi, dsb.).
❖
Manfaat Praktis
Membuat akal semakin
tajam/kritisdalam mengambil putusan yang benar dan runtut/konsisten.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari
pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa logika adalah landasan dasar
untuk menguasai filsafat & ilmu pengetahuan serta sarana penghubung antara
filsafat & ilmu. Logika memiliki 3 komponen-komponen yang ketiganya saling
berkaitan. Berawal dari pengertian-pengertian yang disusun sedemikian rupa yang
kemudian menjadi keputusan-keputusan, Keputusan-keputusan kemudian, disusun dan
disimpulkan.
DAFTAR SUMBER
https://www.slideshare.net/DiyanHardiyanti/komponenkomponen-logika
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Arif%20Rohman,%20M.Si./BAB_IX.pdf
0 Komentar