Pengertian logika

Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar.

Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika.

Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa setiap orang  mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan   yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan  alam dan arti keberadaan dirinya di dunia.

 

Logika berasal dari kata Yunani kuno Î»ÏŒÎ³Î¿Ï‚ (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.[1]

Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.

 

Macam-macam Logika

 

Menurut The Liang Gie ( 1980)[2] logika digologkan menjadi 5 macam yaitu :

1.         Logika makna Luas dan makna Sempit

2.  Logika Deduktif dan Induktif

3.       Logika Formal dan Material

4.       Logika Murni dan Terapan

5.       Logika Filsafati dan Matematik

 

Pengertian Penalaran

enalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan  pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?

Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia  dengan hewan  dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.

Macam-macam penalaran

Penalaran deduktif

Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang  membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang.

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:

Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)

Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)

Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)

Penalaran induktif

Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu:

Penyimpulan secara kausal

Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?

Analogi

Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya.

Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain.

Contoh analogi lain yakni:

Ibnu mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.

Rizki adalah mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.

Muhammad mahasiswa IAIN.

Jadi, Muhammad mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.

 untuk lebih jelas dapat menonton video berikut :



[1] Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis.

[2] Ranjabar,Jacobus, Dasar - Dasar Logika , hlm 55 - 59

Posting Komentar

0 Komentar